LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM SILVIKULTUR
“Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan”
“ Mata Kuliah Silvikultur”
Oleh : KHT A
Kelompok : VII
RAHMAD
DIANSYAH L 131 13 022
ARI MUHAMAD L 131 13 061
SRI ARYASTI L 131 13 019
UNTARI
KATTIA L
131 13 037
HADI SUCIPTO L 131 13 050
|
JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014
HALAMAN PENGESAHAN
Judul : Laporan Lengkap Praktikum Silvikultur Teknik Pembibitan Sengon (Albazia Falcataria), Penyapihan berbagai jenis semai.
Kelompok : VII
Kelas : KHT A
Jurusan : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan
Universitas : Tadulako
Palu, Desember 2014
Mengetahui,
KoordinatorAsisten
Sahriana. M
L 131 10 173
|
AsistenPenanggungJawab
Agus Muliyadi
L 131 10 102
|
Mengetahui,
Dosen Koordinator PraktikumSilvikultur
Hj. Irmasari Taha,
SP., MP
NIP. 19750203 200701 2 002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan, kasih dan
pertolonganNya, sehingga kami dapat menjejaki setiap praktik khususnya praktik
pada mata kuliah silvikultur ini. Dan kami bersyukur karena kami telah
menyelesaikan laporan lengkap Silvikultur tepat pada waktu yang telah
ditentukan.
Sebagai
wujud terima kasih kami, tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Silvikultur.Serta para asisten dosen yang telah banyak
membantu membimbing kami, mulai dari pelaksanaan praktikum sampai dengan
selesainya penyusunan laporan ini. Tidak lupa pula, ucapan terimakasih kami
kepada teman-teman kelompok I, yang sudah membantu dalam pembuatan laporan ini.
Kami
menyadari bahwa laporan ini, tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, apakah
kesalahan dalam hal penulisan maupun penyusunannya. Maka dari itu kami minta
maaf, dan mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sekalian, agar laporan ini menjadi lebih baik. Sekian dan terima kasih.
Palu,
Desember 2014
Kelompok VII
Halaman
|
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ii
KATA
PENGANTAR................................................................................. iii
DAFTAR ISI................................................................................................ iv
PERKECAMBAHAN SENGON (Albazia Falcataria)
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan
Kegunaan......................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan
Tempat............................................................................... 12
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 12
3.3
Cara
Kerja............................................................................................. 12
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil .................................................................................................... 13
4.2.Pembahasan .......................................................................................... 14
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 16
5.2
Saran..................................................................................................... 17
PENYAPIHAN BERBAGAI
JENIS SEMAI
I.
PENDAHULUAN
a.
Latar
Belakang................................................................................... 18
b.
Tujuan dan
Kegunaan......................................................................... 20
II. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 21
III. METODE PRAKTEK
3.1 Waktu dan
Tempat............................................................................... 24
3.2 Alat dan Bahan .................................................................................... 24
3.4
Cara
Kerja............................................................................................. 24
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil .................................................................................................... 25
4.2.Pembahasan .......................................................................................... 27
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan........................................................................................... 29
5.2
Saran..................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Silvikultur
merupakan ilmu pengetahuan kehutanan yang dirancang untuk mengendalikan proses
yang terjadi didalam ekosistem hutan, sedemikian rupa sehingga urutan
perkembangan ekosistem hutan mencapai peluang tertinggi untuk kelangsungan
hidup dari ekosistem yang bersangkutan.
Menurut
Menteri Kehutanan No. P. 11/Menhut-II/2009, sistem silvikultur adalah sistem
pemanenan sesuai tapak/tempat tumbuh berdasarkan formasi terbentuknya hutan
yaitu proses Klimatis dan edafis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam
rangka pengelolaan hutan lestari atau sistem teknik bercocok tanaman dan
memanen.
Persemaian
merupakan suatu areal pemeliharaan bibit yang lokasinya tetap dan dibangun
dengan peralatan yang rapi dan teratur dengan kegiatan penghutanan kembali
areal tanah kosong dan rusak ataupun peruntukan lainnya.
Pengadaan
bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan sarana, prasarana, pengumpulan
bibit berkualitas baik berupa biji maupun anakan alam(wilding) ataupun teknik
lainnya yang diperuntukkan sebagai penyedia materi(bibit) khususnya dalam
kegiatan penanaman, pengayaan(enrichment planting), rehabilitasi hutan maupun
peruntukan lainnya.
Persemaian
atau pembibitan merupakan salah satu tahapan dalam sistem silvikultur. Sistem
silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan
persemaian atau pengadaan bibit. Dalam
konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemain atau pengadaan bibit
merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi
kegiatan penanaman, baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan
kondisi hutan agar menjamin keberlanjutan fungsi produksi pada rotasi
berikutnya.
Selain
itu, kegiatan persemaian juga dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan
untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses
penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini,
kegiatan persemaian juga berfungsi menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan. Dari
aspek penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan persemain juga
merupakan salah satu indikator yang menunjukkan upaya guna mendukung
tercapainya kelestarian fungsi sosial.
Dalam sistem silvikultur tebang pilih
tanam indonesia(TTPI), kegiatan persemaian atau pembibitan merupakan tindak
lanjut dari hasil inverintarisasi tegakan tinggal (ITT) dilaksanakan 2 tahun
setalah pemanenan.
Hasil
kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas areal yang harus
direhabilitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan
tersebut, kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang kan digunakan, maka
dapat dihitung kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan.
1.2
Tujuan
dan Kegunanaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cepat atau tidaknya bibit sengon
berkecambah dengan menggunakan media tabur pasir dan tanah humus dengan
perbandingan 1:2.
Kegunaan
dari praktikum ini agar dapat menjadi sumber informasi dan sebagai bahan
pembelajaran tentang cara penyemaian benih dan perlakuan terhadap setiap bibit
yang akan disemai.
II TINJAUAN
PUSTAKA
A
. Klasifikasi Tanaman Sengon
Tanaman
sengon (Albazia Falcataria) merupakan
tanaman yang termasuk dalam famili Mimosaceae, yaitu keluarga petai-petaian.
Diindonesia sendiri sengon memiliki beberapa nama daerah, seperti misalnya
dijawa : jeunjing, jeunjing laut(sunda), kalbi, sengon landi, sengon sabrang
atau sengon laut (jawa). Dimaluku : sikat (banda), seja (ambon), tawa (ternate),
serta gosui (tidore). (Fredman, 2014)
Klasifikasi
Tanaman Albazia (sengon)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliopsida (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida ( Berkeping dua/dikotil)
Sub
Kelas : Rosidae
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus : Albazia
Spesies : Albazia Faltacaria (L.) Fosberg
B . BOTANI
SENGON
Bagian
terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya.
Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang
sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit
luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat
jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V.
Kayu
sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas,
perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan
lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai
payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun
majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna
daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai
penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon
memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya
tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar
rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah
disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan
sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam
ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan
pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah
aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga
tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm,
berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar
terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang
dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon
berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong
buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua
biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.
C. HABITAT SENGON
- Tanah
Tanaman
Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang
bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar
pH 6-7.
- Iklim
Ketinggian
tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian
tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas
permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya
memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.
- Curah
Hujan
Curah
hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat
nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman,
pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman
sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan
dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah
hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban juga
mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban
tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan
kelembaban sekitar 50%-75%.
Keragaman
Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon. Pohon sengon merupakan pohon yang
serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk
beragam keperluan.
- Daun
Daun
Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang
sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau,
dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
- Perakaran
Sistem
perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan
bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan
nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam
tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih
subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga
mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
- Kayu
Bagian
yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang
kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan
untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan
ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran
semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku
industri pulp kertas dll.
D.
PEMBIBITAN SENGON
a). Benih
Pada
umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan
benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari
induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk
fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit.
Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
-
Kulit bersih berwarna coklat tua
-
Ukuran benih maksimum
-
Tenggelam dalam air ketika benih direndam,
dan
-
Bentuk benih masih utuh.
Selain
penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya
hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan
mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya
tumbuhnya tinggi.
b) Kebutuhan Benih
Jumlah
benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat
dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
-
Luas kebun penanaman sengon 1 hektar
(panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
-
Jarak tanam 3 x 2 meter
-
Satu lubang satu benih sengon
-
Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
-
Daya tumbuh 60 %
-
Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan
demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan
memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis
dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu
hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62
gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan
dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah
apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya
dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih
direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu,
benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk
selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan
persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh
karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian
sebagai berikut :
-
Lokasi persemaian dipilih tempat yang
datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5%
-
Diupayakan memilih lokasi yang memiliki
sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat
sungai atau dekat persawahan).
-
Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak
berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
-
Berdekatan dengan kebun penanaman dan
jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk
memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang
didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain
bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman
dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan. Terlepas
dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka
langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan
sebagai berikut:
a).Penaburan
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas (Wildan, 1991).
Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas (Wildan, 1991).
III METODE
PRAKTEK
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum Silvikultur dilaksanakan
pada hari Kamis, tanggal 27 November 2014 pukul 08.30, bertempat dipersemaian
permanen Universitas Tadulako, Palu.
3.2 Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam praktikum ini adalah Plastik Mika, pisau, alat tulis,
kamera.
Bahan
yang digunakan dalam praktikum ini adalah pasir dan tanah humus dengan perbandingan
2:1, air, bibit sengon.
3.3
Cara kerja
Menyiapakan
alat dan bahan. Kemudian benih sengon direndam selama 6 jam. Lalu, menyediakan
media taburnya yaitu pasir dan tanah humus dengan perbandingan 1:2 dan
mengambil plastik mika yang telah dilubangi bagian bawahnya. Kemudian mencampur
kedua media tabur tersebut dalam media tabur secara merata. Selanjutnya
menyiram media tersebut dengan menggunakan air secukupnya. Lalu menabur benih
diatasnya dan kemudian tutup plastik mika tersebut. Kemudian mengamati
perkembangan benih selama 2 minggu.
IV Hasil
dan Pembahasan
4.1 Hasil
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh
hasil sebagai berikut :
No
|
Hari
|
Laju
Pertumbuhan
|
|
Tinggi Kecambah (cm)
|
Jumlah
daun
|
||
1
|
Pertama
|
-
|
-
|
2
|
Kedua
|
0.2
|
-
|
3
|
Ketiga
|
0.5
|
-
|
4
|
Keempat
|
0.9
|
2
|
5
|
Kelima
|
1.3
|
2
|
6
|
Keenam
|
1.6
|
2
|
7
|
Ketujuh
|
1.9
|
4
|
8
|
Kedelapan
|
2.1
|
4
|
9
|
Kesembilan
|
2.4
|
4
|
10
|
Kesepuluh
|
2.7
|
4
|
11
|
Kesebelas
|
3
|
6
|
12
|
Keduabelas
|
3.2
|
6
|
13
|
Ketigabelas
|
3.4
|
6
|
14
|
Keempatbelas
|
3.5
|
6
|
4.2
Pembahasan
Benih
yang telah ditabur diatas media diamati laju perkembangannya selama dua minggu.
Untuk proses penyiramannya dilakukan pada pagi dan sore hari selama dua minggu.
Proses perkecambahan benih ini dilakukan di Roothing Green House.
Pada
hari pertama praktikum, dilakukan penaburan benih sengon dalam bak tabur. Pada
hari kedua bibit telah memunculkan kecambahnya dengan tinggi 0,2 cm dan
kotiledonnya telah terlihat. Pada hari ketiga, hasil yang sama terjadi pada
hari kedua tetapi tingginya mulai mencapai 0,5 namun kotiledon yang terlihat
mulai membesar. Kemudian pada hari keempat tingginya mulai mencapai 0,9 dan
sudah memiliki daun sebanyak 2 helai.
Pada hari kelima, ketinggian bibit mencapai 1.3 cm namun daunnya tetap
sebanyak 2 helai. Pada hari keenam, ketinggian bibit mencapai 1.6 cm. Pada hari
ketujuh, ketinggian benih mencapai 1.9 cm dan daun mulai bertambah sebanyak 4
helai. Hari kedelapan,sembilan dan kesepuluh peningkatan bibit bertambah hingga
2.7 dan helain daun tetap sebanyak 4 helai. Pada hari kesebelas, ketinggian
bibit mencapai 3 cm dan banyaknya daun bertambah sebanyak 6 helai sampai pada
hari terakhir pengamatan ketinggian bibit terus meningkat hingga 3.5 cm dan
helaian daun sebanyak 6 helai.
V KESIMPULAN
DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
- Benih
yang akan digunakan terlebih dahulu direndam selama 6 jam.
- Media
yang digunakan pada proses ini yaitu pasir dan tanah humus dengan
perbandingan 1:2.
- Tinggi
kecambah pada hari kedua, yaitu 0,2 cm
- Tinggi
kecambah pada hari ketiga, yaitu 0,5 cm
- Tinggi
kecambah pada hari keempat, yaitu 0,9 cm
- Tinggi
kecambah pada hari kelima, yaitu 1,3 cm
- Tinggi
kecambah pada hari keenam, yaitu 1,6 cm
- Tinggi
kecambah pada hari ketujuh, yaitu 1,9 cm
- Tinggi
kecambah pada hari kedelapan,yaitu 2,1 cm
- Tinggi
kecambah pada hari kesebilan, yaitu 2,4 cm
- Tinggi
kecambah pada hari kesepuluh, yaitu 2,7 cm
- Tinggi
kecambah pada hari kesebelas, yaitu 3 cm
- Tinggi
kecambah pada hari keduabelas, yaitu 3,2 cm
- Tinggi
kecambah pada hari ketigabelas, yaitu 3,4 cm
- Tinggi
kecambah pada hari keempat belas, yaitu 3.5 cm
5.2 Saran
Sebaiknya
praktek tidak dilakukan secara serentak semua kelas karena akan mengganggu konsentrasi.
I PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Persemaian (Nursery) adalah tempat
atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman)
menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian
merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu
sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan
penanaman hutan.
Penanaman
benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara
tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat
persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila
biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah.
Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih
tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pemupukan
adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komlek tanah, baik
langsung maupun tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman.
Tujuan pemupukan tanaman hutan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan
tanah agar tanaman mendapatkan nutrusi yang cukup untuk meningkatkan kualitas
dan kuantitas pertumbuhan tanaman.
Penyiangan
tanaman pengganggu (gulma) adalah kegiatan pengendalian gulma untuk mengurangi
jumlah populasi gulma agar populasinya berada dibawah ambang ekonomi atau
ekologi. Dengan demikian saingan gulma berkenaan dengan cahaya, kelembaban
tanah dan nutrisi pada tanaman pokok dapat diperkecil.
Dalam pelaksanaan diprioritaskan
gulma yang sangat merugikan seperti alang-alang, rumput-rumputan,liana dan
tumbuhan lain.
Penyiangan tanaman pengganggu
(gulma) bertujuan memberikan ruang tumbuh pada tanaman pokok yang lebih baik
dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman.
Pemupukan tanaman dilakukan dalam
situasi sebagai berikut pemupukan dilakukan umumnya pada saat tanaman satu
bulan setelah tenam. Semakin jelek tingkat kesuburan tanah dan lahan yang
diolah maka pemupukan harus dilakukan lebih awal. Kemudian diulangi 6-24 bulan
sampai tinggi tanaman pokok melampaui tinggi gulma. Jika pemupukan diperlukan
untuk meningkatkan riap volume maka pemupukan berikutnya menjelang penjarangan
pertama ( saat tajuk bersinggungan ). Pohon yang dipupuk terpilih untuk
ditinggalkan sesudah penjarangan. Kemudian pemupukan berikutnya menjelang
penjarangan kedua dan seterusnya sampai batas 5 tahun sebelum penebangan.
1.2
tujuan
dan manfaat
Tujuan dari praktikum ini adalah
untuk mengamati dan mempelajari pengelolaan persemaian, mengamati kegiatan
oprasional di persemaian serta mempelajari proses pembibitansuatu jenis
tanaman.
Manfaat dari praktikum ini mengenai
persemaian/pembibitan adalah untuk mengetahui cara-cara pembibitan/persemaian
yang baik sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pengetahuan
untuk pembudidayaan para rimbawan.
II TINJAUAN
PUSTAKA
Salah satu faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan tanaman adalah unsur hara. Jenis-jenis tanaman yang mempengaruhi
sifat cepat tumbuh akan membutuhkan banyak unsur hara dan median yang baik.
Johar (Senna seamea) termasuk salah
satu jenis tanaman yang memiliki sifat cepat tumbuh. Salah satu cara untuk
menamba unsur hara adalah dengan menamba pupuk NPK. Selain itu, media yang
digunakan diharapkan dapat menunjang pertumbuhan semai (Rismunandar, 1983).
Tanah adalah bagian kerak bumi yang
tersusun dari mineral dan bahan organik.tanah sangat vital peranannya bagi
semua kehidupan di bumi karenah tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang
berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan
tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisma. Bagi sebagian
besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Dari segi
klimatologi, tenah memegang peran penting sebagai penyimpan air dan menekan
erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah juga
berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan
bagian utama dari tanah. (wikipedia, 2009).
Media tanam merupakan komponen utama
ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan
dengan jenis tanaman yang ingin di tanam. Menentukan media tanam yang tepat dan
standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang
sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan
angin yang berbeda. Secara umum media tanah harus dapat menjaga kelembapan
daerah serkitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan
unsur hara (kanisius, 1975).
Jenis media tanah yang digunakan
pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya sejak tahun
1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa,
kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya
digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan
lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga
menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bara.
Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang
akan ditanam, seseorang harus memiliki pemahaman mengenai karakteristik media tanam yang
mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya (Kanisius, 1975).
Pembibitan tanaman hutan diperlukan
untuk kegiatan penanaman. Penerapan teknik pembibitan yang tepat dan penggunaan
materi dangan kualitas genetik yang baik merupakan awal dari pembangunan hutan
tanaman yang memiliki kualitas tegakan yang baik dengan produktivitas yang
tinggi. (Herawan, 2003).
Pemupukan adalah tindakan memberikan
tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun taklangsung
dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan tanaman hutan
bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan
nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan
tanaman. (Kanisius, 1975).
Penyiangan tanaman pengganggu
(gulma) adalah kegiata pengendalian
gulma untuk mengurangi jumlah populasi gulma agar populasinya berada
dibawah ambang ekonomi atau ekologi. Dengan demikian saingan gulma berkenaan
dengan cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi pada tanaman pokok dapat
diperkecil. Dalam pelaksanaannya diprioritaskangulma yang sangat merugikan
seperti alang-alang, rumput-rumputan, liana dan tumbuhan lain. Penyiangan
tanaman pengganggu (gulma) bertujuan memberikan ruangtumbuh pada tanaman pokok
yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman.
(Anonim. 2004).
III METODE
PRAKTEK
3.1 Waktu dan tempat
Pengamatan persemaian tanaman kehutanan ini dilakukan
pada hari kamis, 27 November 2014. Bertempat di persemaian permanen Universitas
tadulako. Palu
3.2
bahan dan alat
Ø Bahan
yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:
1. Bibit
yang ada dilokasi persemaian
Ø Alat
yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:
1. Alat
tulis menulis
2. kamera
IV HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1
bedengan tabur
Bedengan
mahoni
|
Bedengan termbesi
|
Bedengan termbesi
|
4.1.2
Tabel hasil pengamatan dan wawancara.
NO
|
JENIS
TANAMAN
|
ASAL
BENIH
|
PERLAKUAN
BENIH
|
1
|
JATI
SUPER
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
2
|
KEMIRI
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
3
|
TERMBESI
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
4
|
DURIAN
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
5
|
NANGKA
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
6
|
RAMBUTAN
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
7
|
PALAPI
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
8
|
NANTU
|
GENERATIVE
|
Air
panas dan dingin
|
12
|
EBONI
|
GENERATUVE
|
Air
panas dan dingin
|
4.2 pembahasan
4.2.1.
hasil pengamatan
Hasil wawancara perlakuan benih
disemaikan , sebaiknya dilakukan tretment guna membangun percekembahan benih
tersebut, yaitu : benih direndam dalam air panas mendidih ( 80 C ) selama 15-30
menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam,
lalu ditiriskan. Untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
Teknik pelaksanaan, persemai dibuat
dari bahan kayu dengan atap jaringan dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran
tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm. Kemudian bedeng tabur di isi dengan
media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari
kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah. Penaburan
benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna
mempercepat proses berkecambah dan
memperoleh proses berkecambah yang dimaksimal. Penaburaan dilakukan pada
waktu pagi hari atau sore hari untuk
menghindari terjadinya penguaan yang berlebihan. Penaburan ini ditempatkan pada
larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm
antar larikan dengan kedalaman kira –kira 2,0 cm. Usahakan banih tidak saling
tumpang tindih agar pertumbuhan kecembah tidak bertumpuk. Setelah kecambah
tidak bertumpuk. Setelah berkecambahan berumur 7-10 hari maka kecambah siap
untuk dilakukan penyapihan.
Waktu perkecembahan berbeda beda
tergantung dengan bibit tanaman tersebut ada yang 2 minggu setelah persemaian
dan ada pula satu bulan setelah persemaian contohnya tanaman jati, mahoni, dan
palapi.
4.2.2.
perlakuan penyapihan
Hasil wawncara dari pengamataan media
sepih, adalah tanah yang di isi dalam polybag yang kemudan ditempatkan dalam
bedeng sepih menurut jenis tanamannya.ukuran
polybag yang kemudian ditempatkan dalam bedeng bedeng sapih menurut
jenis tanamannya. Ukuran ploybag yang di gunakan adaah 10 x 12, jumlah polybag
dalam setiap bedeng yaitu, antara 1000-3000 polybag.
Penyiram dilakukan 1 kali sehari,
pada sore hari, pemupukan dilakukan sekali sebulan sebanyak 2 sloki, dengan
menggunakan pupuk UREA gandasil B dan seprin. Penyiangan gulma dilakukan tak
menentu, hanya jika gulma mulai tumbuh maka dilakukan penyiangan, pemberantasan
hama dan penyakit pada bibit dilakuakan dengan hama kimia zat pengatur tumbuh
tanaman.
Menurut hasil wawancara, setiap
tanah memiliki waktu berbeda-beda sebelum siap dipindahkan dari media sapih
untuk siap ditanam, waktu yang dibutuhkan
antaralain2,3,4-6 bulan sebelum siap untuk dipindahkan dan siap tanam.
V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kegiatan
persemaian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang
sehat. Penyiangan tanaman berguna untuk pengendalian gulma yang bertujuan untuk
mengurangi jumlah gulma sehingga populasinya berada di bawah ambang ekologis.
Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media tumbuh tanaman
untuk menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman.
5.2 Saran
Sebaiknya untuk kelanjutan
praktikum ini kedepannya diharapkan agar menyediakan tempat dan fasilitas
praktikum yang lebih baik dan berkualitas, sehingga para praktikan bisa lebih
baik dalam hal pelaksanaan praktikum serta dapat mengambil data secara teliti
dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim
http://faktasekitarkita.blogspot.com/2012/04/kayu-mahoni.html tanggal akses 2 Desember 2014 pukul 14:00
Anonim http://www.m-azka.com/2012/01/seputar-info-mengenai-pohonsengoni.html
tanggal akses 2
Desember
2014
pukul 14:00
Anonim https://sites.google.com/site/ilmukehutanan/mata-kuliah/silvikultur
tanggal akses 2 Desember
2014
pukul 15:00
pagibey.blogspot.com/2010/07/budidayasengon/
Yasman, I, Manual
Persemaian Dipterocarpaceae, Tropenbos International, Jakarta: 2002
http://www.silvikultur.com/pengertian_persemaian.html
Kanisius,
1975. Bertanam pohon buah-buahan II. AKK, Yogyakarta.
Anonim.
2004. Tanah dan pertanian. AKK,
Yokyakarta.
Herawan,
2003. Tentang tenah di indonesia. Erlangga, Jakarta.
Rismunandar.
1983. Pengetahuan dasar tentang pemupukan. Sinar baru, Bandung.
htt://id.wikipedia.org/wiki/tanah.
Selasa,10-11-2011. 19.00 wib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar