Rabu, 04 Februari 2015

laporan SILVIKULTUR

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM SILVIKULTUR

“Sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan”
“ Mata Kuliah Silvikultur



Oleh : KHT A
Kelompok : VII



RAHMAD DIANSYAH                         L 131 13 022
ARI MUHAMAD                                   L 131 13 061
SRI ARYASTI                                        L 131 13 019
UNTARI KATTIA                                 L 131 13 037
HADI SUCIPTO                                     L 131 13 050
 










JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2014


HALAMAN PENGESAHAN
Judul                   :    Laporan Lengkap Praktikum Silvikultur Teknik Pembibitan Sengon (Albazia Falcataria), Penyapihan berbagai  jenis semai.
Kelompok           :    VII
Kelas                   :    KHT A
Jurusan              :    Kehutanan
Fakultas              :    Kehutanan
Universitas         :    Tadulako         
                                                                             
                                                                              Palu,     Desember 2014

Mengetahui,
KoordinatorAsisten


Sahriana. M
L 131 10 173
AsistenPenanggungJawab


Agus Muliyadi
L 131 10 102


Mengetahui,
Dosen Koordinator PraktikumSilvikultur


Hj. Irmasari Taha, SP., MP
NIP. 19750203 200701 2 002




KATA PENGANTAR

            Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenaan, kasih dan pertolonganNya, sehingga kami dapat menjejaki setiap praktik khususnya praktik pada mata kuliah silvikultur ini. Dan kami bersyukur karena kami telah menyelesaikan laporan lengkap Silvikultur tepat pada waktu yang telah ditentukan.
            Sebagai wujud terima kasih kami, tak lupa juga kami mengucapkan  terima kasih kepada dosen mata kuliah Silvikultur.Serta para asisten dosen yang telah banyak membantu membimbing kami, mulai dari pelaksanaan praktikum sampai dengan selesainya penyusunan laporan ini. Tidak lupa pula, ucapan terimakasih kami kepada teman-teman kelompok I, yang sudah membantu dalam pembuatan laporan ini.
            Kami menyadari bahwa laporan ini, tidak lepas dari kesalahan-kesalahan, apakah kesalahan dalam hal penulisan maupun penyusunannya. Maka dari itu kami minta maaf, dan mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian, agar laporan ini menjadi lebih baik. Sekian dan terima kasih.

                                                                                    Palu,  Desember 2014

                                                                                           Kelompok VII


Halaman
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................    i
HALAMAN PENGESAHAN.....................................................................     ii
KATA PENGANTAR.................................................................................    iii
DAFTAR ISI................................................................................................     iv


PERKECAMBAHAN SENGON (Albazia Falcataria)
I.         PENDAHULUAN                                                                                     
1.1     Latar Belakang...................................................................................   1
1.2     Tujuan dan Kegunaan.........................................................................  3

II.      TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................   4

III.   METODE PRAKTEK
3.1  Waktu dan Tempat...............................................................................  12
3.2  Alat dan Bahan .................................................................................... 12
3.3  Cara Kerja.............................................................................................  12

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN    
       4.1. Hasil ....................................................................................................  13
       4.2.Pembahasan .......................................................................................... 14


V.      PENUTUP
       5.1 Kesimpulan...........................................................................................  16
       5.2 Saran.....................................................................................................  17

PENYAPIHAN BERBAGAI JENIS SEMAI
I.         PENDAHULUAN                                                                                     
a.         Latar Belakang...................................................................................   18
b.         Tujuan dan Kegunaan.........................................................................  20

II.      TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................   21

III.   METODE PRAKTEK
3.1  Waktu dan Tempat...............................................................................  24
3.2  Alat dan Bahan .................................................................................... 24
3.4  Cara Kerja.............................................................................................  24

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN    
       4.1. Hasil ....................................................................................................  25
       4.2.Pembahasan .......................................................................................... 27


V.      PENUTUP
       5.1 Kesimpulan...........................................................................................  29
       5.2 Saran.....................................................................................................  29

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



 I.                  PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Silvikultur merupakan ilmu pengetahuan kehutanan yang dirancang untuk mengendalikan proses yang terjadi didalam ekosistem hutan, sedemikian rupa sehingga urutan perkembangan ekosistem hutan mencapai peluang tertinggi untuk kelangsungan hidup dari ekosistem yang bersangkutan.
Menurut Menteri Kehutanan No. P. 11/Menhut-II/2009, sistem silvikultur adalah sistem pemanenan sesuai tapak/tempat tumbuh berdasarkan formasi terbentuknya hutan yaitu proses Klimatis dan edafis dan tipe-tipe hutan yang terbentuk dalam rangka pengelolaan hutan lestari atau sistem teknik bercocok tanaman dan memanen.
Persemaian merupakan suatu areal pemeliharaan bibit yang lokasinya tetap dan dibangun dengan peralatan yang rapi dan teratur dengan kegiatan penghutanan kembali areal tanah kosong dan rusak ataupun peruntukan lainnya.
Pengadaan bibit adalah kegiatan yang meliputi penyiapan sarana, prasarana, pengumpulan bibit berkualitas baik berupa biji maupun anakan alam(wilding) ataupun teknik lainnya yang diperuntukkan sebagai penyedia materi(bibit) khususnya dalam kegiatan penanaman, pengayaan(enrichment planting), rehabilitasi hutan maupun peruntukan lainnya.
Persemaian atau pembibitan merupakan salah satu tahapan dalam sistem silvikultur. Sistem silvikultur apa saja yang diterapkan pasti akan melaksanakan kegiatan persemaian atau pengadaan bibit.  Dalam konteks pengelolaan hutan produksi lestari, persemain atau pengadaan bibit merupakan salah satu tahapan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan bibit bagi kegiatan penanaman, baik rehabilitasi maupun pengayaan guna mengembalikan kondisi hutan agar menjamin keberlanjutan fungsi produksi pada rotasi berikutnya.
Selain itu, kegiatan persemaian juga dipersiapkan untuk menghasilkan bibit yang akan untuk merehabilitasi tempat-tempat terbuka, sehingga dapat mempercepat proses penutupan tanah, yang pada akhirnya akan menurunkan laju erosi. Dari sisi ini, kegiatan persemaian juga berfungsi menjamin keberlanjutan fungsi lingkungan. Dari aspek penggunaan tenagakerja atau kesempatan berusaha, kegiatan persemain juga merupakan salah satu indikator yang menunjukkan upaya guna mendukung tercapainya kelestarian fungsi sosial.
Dalam sistem silvikultur tebang pilih tanam indonesia(TTPI), kegiatan persemaian atau pembibitan merupakan tindak lanjut dari hasil inverintarisasi tegakan tinggal (ITT) dilaksanakan 2 tahun setalah pemanenan.
Hasil kegiatan ITT akan memberikan gambaran berapa luas areal yang harus direhabilitasi dan berapa luas yang harus dilakukan pengayaan. Dari luasan tersebut, kemudian dengan pertimbangan jarak tanam yang kan digunakan, maka dapat dihitung kebutuhan bibit yang harus dipersiapkan.

1.2              Tujuan dan Kegunanaan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cepat atau tidaknya bibit sengon berkecambah dengan menggunakan media tabur pasir dan tanah humus dengan perbandingan 1:2.
Kegunaan dari praktikum ini agar dapat menjadi sumber informasi dan sebagai bahan pembelajaran tentang cara penyemaian benih dan perlakuan terhadap setiap bibit yang akan disemai.




II       TINJAUAN PUSTAKA
A .       Klasifikasi Tanaman Sengon
Tanaman sengon (Albazia Falcataria) merupakan tanaman yang termasuk dalam famili Mimosaceae, yaitu keluarga petai-petaian. Diindonesia sendiri sengon memiliki beberapa nama daerah, seperti misalnya dijawa : jeunjing, jeunjing laut(sunda), kalbi, sengon landi, sengon sabrang atau sengon laut (jawa). Dimaluku : sikat (banda), seja (ambon), tawa (ternate), serta gosui (tidore). (Fredman, 2014)
Klasifikasi Tanaman Albazia (sengon)
Kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom                : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi                : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                           : Magnoliopsida (Tumbuhan berbunga)
Kelas                           : Magnoliopsida ( Berkeping  dua/dikotil)
Sub Kelas                    : Rosidae
Ordo                            : Fabales
Famili                          : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus                          : Albazia
Spesies                        : Albazia Faltacaria (L.) Fosberg

B .       BOTANI SENGON
Bagian terpenting yang mempunyai nilai ekonomi pada tanaman sengon adalah kayunya. Pohonnya dapat mencapai tinggi sekitar 30–45 meter dengan diameter batang sekitar 70 – 80 cm. Bentuk batang sengon bulat dan tidak berbanir. Kulit luarnya berwarna putih atau kelabu, tidak beralur dan tidak mengelupas. Berat jenis kayu rata-rata 0,33 dan termasuk kelas awet IV – V.
Kayu sengon digunakan untuk tiang bangunan rumah, papan peti kemas, peti kas, perabotan rumah tangga, pagar, tangkai dan kotak korek api, pulp, kertas dan lain-lainnya.
Tajuk tanaman sengon berbentuk menyerupai payung dengan rimbun daun yang tidak terlalu lebat. Daun sengon tersusun majemuk menyirip ganda dengan anak daunnya kecil-kecil dan mudah rontok. Warna daun sengon hijau pupus, berfungsi untuk memasak makanan dan sekaligus sebagai penyerap nitrogen dan karbon dioksida dari udara bebas.
Sengon memiliki akar tunggang yang cukup kuat menembus kedalam tanah, akar rambutnya tidak terlalu besar, tidak rimbun dan tidak menonjol kepermukaan tanah. Akar rambutnya berfungsi untuk menyimpan zat nitrogen, oleh karena itu tanah disekitar pohon sengon menjadi subur.
Dengan sifat-sifat kelebihan yang dimiliki sengon, maka banyak pohon sengon ditanam ditepi kawasan yang mudah terkena erosi dan menjadi salah satu kebijakan pemerintah melalui DEPHUTBUN untuk menggalakan ‘Sengonisasi’ di sekitar daerah aliran sungai (DAS) di Jawa, Bali dan Sumatra.
Bunga tanaman sengon tersusun dalam bentuk malai berukuran sekitar 0,5 – 1 cm, berwarna putih kekuning-kuningan dan sedikit berbulu. Setiap kuntum bunga mekar terdiri dari bunga jantan dan bunga betina, dengan cara penyerbukan yang dibantu oleh angin atau serangga.
Buah sengon berbentuk polong, pipih, tipis, dan panjangnya sekitar 6 – 12 cm. Setiap polong buah berisi 15 – 30 biji. Bentuk biji mirip perisai kecil dan jika sudah tua biji akan berwarna coklat kehitaman,agak keras, dan berlilin.

C.        HABITAT SENGON
  1. Tanah
Tanaman Sengon dapat tumbuh baik pada tanah regosol, aluvial, dan latosol yang bertekstur lempung berpasir atau lempung berdebu dengan kemasaman tanah sekitar pH 6-7.
  1. Iklim
Ketinggian tempat yang optimal untuk tanaman sengon antara 0 – 800 m dpl. Walapun demikian tanaman sengon ini masih dapat tumbuh sampai ketinggian 1500 m di atas permukaan laut. Sengon termasuk jenis tanaman tropis, sehingga untuk tumbuhnya memerlukan suhu sekitar 18 ° – 27 °C.


  1. Curah Hujan
Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman, diantaranya sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana transpor hara dalam tanaman, pertumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan menjaga stabilitas suhu. Tanaman sengon membutuhkan batas curah hujan minimum yang sesuai, yaitu 15 hari hujan dalam 4 bulan terkering, namun juga tidak terlalu basah, dan memiliki curah hujan tahunan yang berkisar antara 2000 – 4000 mm.
Kelembaban juga mempengaruhi setiap tanaman. Reaksi setiap tanaman terhadap kelembaban tergantung pada jenis tanaman itu sendiri. Tanaman sengon membutuhkan kelembaban sekitar 50%-75%.
Keragaman Penggunaan dan Manfaat Kayu sengon. Pohon sengon merupakan pohon yang serba guna. Dari mulai daun hingga perakarannya dapat dimanfaatkan untuk beragam keperluan.
  1. Daun
Daun Sengon, sebagaimana famili Mimosaceae lainnya merupakan pakan ternak yang sangat baik dan mengandung protein tinggi. Jenis ternak seperti sapi, kerbau, dfan kambingmenyukai daun sengon tersebut.
  1. Perakaran
Sistem perakaran sengon banyak mengandung nodul akar sebagai hasil simbiosis dengan bakteri Rhizobium. Hal ini menguntungkan bagi akar dan sekitarnya. Keberadaan nodul akar dapat membantu porositas tanah dan openyediaan unsur nitrogen dalam tanah. Dengan demikian pohon sengon dapat membuat tanah disekitarnya menjadi lebih subur. Selanjutnya tanah ini dapat ditanami dengan tanaman palawija sehingga mampu meningkatkan pendapatan petani penggarapnya.
  1. Kayu
Bagian yang memberikan manfaat yang paling besar dari pohon sengon adalah batang kayunya. Dengan harga yang cukup menggiurkan saat ini sengon banyak diusahakan untuk berbagai keperluan dalam bentuk kayu olahan berupa papan papan dengan ukuran tertentu sebagai bahan baku pembuat peti, papan penyekat, pengecoran semen dalam kontruksi, industri korek api, pensil, papan partikel, bahan baku industri pulp kertas dll.

D. PEMBIBITAN SENGON
a). Benih        
Pada umumnya tanaman sengon diperbanyak dengan bijinya. Biji sengon yang dijadikan benih harus terjamin mutunya. Benih yang baik adalah benih yang berasal dari induk tanaman sengon yang memiliki sifat-sifat genetik yang baik, bentuk fisiknya tegak lurus dan tegar, tidak menjadi inang dari hama ataupun penyakit. Ciri-ciri penampakan benih sengon yang baik sebagai berikut :
-          Kulit bersih berwarna coklat tua
-          Ukuran benih maksimum
-          Tenggelam dalam air ketika benih direndam, dan
-          Bentuk benih masih utuh.
Selain penampakan visual tersebut, juga perlu diperhatikan daya tumbuh dan daya hidupnya, dengan memeriksa kondisi lembaga dan cadangan makanannya dengan mengupas benih tersebut. Jika lembaganya masih utuh dan cukup besar, maka daya tumbuhnya tinggi.
b) Kebutuhan Benih
Jumlah benih sengon yang dibutuhkan untuk luas lahan yang hendak ditanami dapat dihitung dengan menggunakan rumus perhitungan sederhana berikut :
Keterangan :
-          Luas kebun penanaman sengon 1 hektar (panjang= 100 m dan lebar= 100 m)
-          Jarak tanam 3 x 2 meter
-          Satu lubang satu benih sengon
-          Satu kilogram benih berisi 40.000 butir
-          Daya tumbuh 60 %
-          Tingkat kematian selama di persemaian 15 %
Dengan demikian jumlah benih = 100 / 3 x 100/2 x 1 = 1.667 butir. Namun dengan memperhitungkan daya tumbuh dan tingkat kematiannnya, maka secara matematis dibutuhkan 3.705 butir. Sedangkan operasionalnya, untuk kebun seluas satu hektar dengan jarak tanam 3 x 2 meter dibutuhkan benih sengon kira-kira 92,62 gram, atau dibulatkan menjadi 100 gram.
c) Perlakuan benih
Sehubungan dengan biji sengon memiliki kulit yang liat dan tebal serta segera berkecambah apabila dalam keadaan lembab, maka sebelum benih disemaikan , sebaiknya dilakukan treatment guna membangun perkecambahan benih tersebut, yaitu : Benih direndam dalam air panas mendidih (80 C) selama 15 – 30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
d) Pemilihan Lokasi Persemaian
Keberhasilan persemaian benih sengon ditentukan oleh ketepatan dalam pemilihan tempat. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa persyaratan memilih tempat persemaian sebagai berikut :
-          Lokasi persemaian dipilih tempat yang datar atau dengan derajat kemiringan maksimum 5%
-          Diupayakan memilih lokasi yang memiliki sumber air yang mudah diperoleh sepanjang musim ( dekat dengan mata air, dekat sungai atau dekat persawahan).
-          Kondisi tanahnya gembur dan subur, tidak berbatu/kerikil, tidak mengandunh tanah liat.
-          Berdekatan dengan kebun penanaman dan jalan angkutan, guna menghindari kerusakan bibit pada waktu pengangkutan.
Untuk memenuhi kebutuhan bibit dalam jumlah besar perlu dibangun persemaian yang didukung dengan sarana dan prasarana pendukung yang memadai, antara lain bangunan persemaian, sarana dan prasarana pendukung, sarana produksi tanaman dll. Selain itu ditunjang dengan ilmu pengetahuan yang cukup diandalkan. Terlepas dari kegiatan pembangunan dan penyediaan sarana dan prasarana pendukung maka langkah-langkah penyemaian benih dapat dibagi benjadi tahap – tahap kegiatan sebagai berikut:
a).Penaburan
            Kegiatan penaburan dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang maksimal dan menghasilkan kecambah yang sehat. Kualitas kecambah ini akan mendukung terhadap pertumbuhan bibit tanaman, kecambah yang baik akan menghasilkan bibit yang baik pula dan hal ini akan dapat membentuk tegakan yang berkualitas (Wildan, 1991).



III          METODE PRAKTEK
3.1       Waktu dan Tempat
            Praktikum Silvikultur dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 27 November 2014 pukul 08.30, bertempat dipersemaian permanen Universitas Tadulako, Palu.
3.2       Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Plastik Mika, pisau, alat tulis, kamera.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah pasir dan tanah humus dengan perbandingan 2:1, air, bibit sengon.
3.3       Cara kerja
Menyiapakan alat dan bahan. Kemudian benih sengon direndam selama 6 jam. Lalu, menyediakan media taburnya yaitu pasir dan tanah humus dengan perbandingan 1:2 dan mengambil plastik mika yang telah dilubangi bagian bawahnya. Kemudian mencampur kedua media tabur tersebut dalam media tabur secara merata. Selanjutnya menyiram media tersebut dengan menggunakan air secukupnya. Lalu menabur benih diatasnya dan kemudian tutup plastik mika tersebut. Kemudian mengamati perkembangan benih selama 2 minggu.



IV     Hasil dan Pembahasan
4.1       Hasil
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
  
   No

Hari
Laju Pertumbuhan
Tinggi Kecambah (cm)
Jumlah daun
1
Pertama
-
-
2
Kedua
0.2
-
3
Ketiga
0.5
-
4
Keempat
0.9
2
5
Kelima
1.3
2
6
Keenam
1.6
2
7
Ketujuh
1.9
4
8
Kedelapan
2.1
4
9
Kesembilan
2.4
4
10
Kesepuluh
2.7
4
11
Kesebelas
3
6
12
Keduabelas
3.2
6
13
Ketigabelas
3.4
6
14
Keempatbelas
3.5
6

4.2 Pembahasan
Benih yang telah ditabur diatas media diamati laju perkembangannya selama dua minggu. Untuk proses penyiramannya dilakukan pada pagi dan sore hari selama dua minggu. Proses perkecambahan benih ini dilakukan di Roothing Green House.
Pada hari pertama praktikum, dilakukan penaburan benih sengon dalam bak tabur. Pada hari kedua bibit telah memunculkan kecambahnya dengan tinggi 0,2 cm dan kotiledonnya telah terlihat. Pada hari ketiga, hasil yang sama terjadi pada hari kedua tetapi tingginya mulai mencapai 0,5 namun kotiledon yang terlihat mulai membesar. Kemudian pada hari keempat tingginya mulai mencapai 0,9 dan sudah memiliki daun sebanyak 2 helai.  Pada hari kelima, ketinggian bibit mencapai 1.3 cm namun daunnya tetap sebanyak 2 helai. Pada hari keenam, ketinggian bibit mencapai 1.6 cm. Pada hari ketujuh, ketinggian benih mencapai 1.9 cm dan daun mulai bertambah sebanyak 4 helai. Hari kedelapan,sembilan dan kesepuluh peningkatan bibit bertambah hingga 2.7 dan helain daun tetap sebanyak 4 helai. Pada hari kesebelas, ketinggian bibit mencapai 3 cm dan banyaknya daun bertambah sebanyak 6 helai sampai pada hari terakhir pengamatan ketinggian bibit terus meningkat hingga 3.5 cm dan helaian daun sebanyak 6 helai.





V  KESIMPULAN DAN SARAN
5.1       Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
  1. Benih yang akan digunakan terlebih dahulu direndam selama 6 jam.
  2. Media yang digunakan pada proses ini yaitu pasir dan tanah humus dengan perbandingan 1:2.
  3. Tinggi kecambah pada hari kedua, yaitu 0,2 cm
  4. Tinggi kecambah pada hari ketiga, yaitu 0,5 cm
  5. Tinggi kecambah pada hari keempat, yaitu 0,9 cm
  6. Tinggi kecambah pada hari kelima, yaitu 1,3 cm
  7. Tinggi kecambah pada hari keenam, yaitu 1,6 cm
  8. Tinggi kecambah pada hari ketujuh, yaitu 1,9 cm
  9. Tinggi kecambah pada hari kedelapan,yaitu 2,1 cm
  10. Tinggi kecambah pada hari kesebilan, yaitu 2,4 cm
  11. Tinggi kecambah pada hari kesepuluh, yaitu 2,7 cm
  12. Tinggi kecambah pada hari kesebelas, yaitu 3 cm
  13. Tinggi kecambah pada hari keduabelas, yaitu 3,2 cm
  14. Tinggi kecambah pada hari ketigabelas, yaitu 3,4 cm
  15. Tinggi kecambah pada hari keempat belas, yaitu 3.5 cm

5.2       Saran
Sebaiknya praktek tidak dilakukan secara serentak semua kelas karena akan mengganggu konsentrasi.













I        PENDAHULUAN
1.1              Latar belakang
            Persemaian (Nursery) adalah tempat atau areal untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman hutan karena itu sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan penanaman hutan.
Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara langsung (direct planting) dan secara tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah. Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komlek tanah, baik langsung maupun tidak langsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Tujuan pemupukan tanaman hutan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrusi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman.
           
Penyiangan tanaman pengganggu (gulma) adalah kegiatan pengendalian gulma untuk mengurangi jumlah populasi gulma agar populasinya berada dibawah ambang ekonomi atau ekologi. Dengan demikian saingan gulma berkenaan dengan cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi pada tanaman pokok dapat diperkecil.
            Dalam pelaksanaan diprioritaskan gulma yang sangat merugikan seperti alang-alang, rumput-rumputan,liana dan tumbuhan lain.

            Penyiangan tanaman pengganggu (gulma) bertujuan memberikan ruang tumbuh pada tanaman pokok yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman.
            Pemupukan tanaman dilakukan dalam situasi sebagai berikut pemupukan dilakukan umumnya pada saat tanaman satu bulan setelah tenam. Semakin jelek tingkat kesuburan tanah dan lahan yang diolah maka pemupukan harus dilakukan lebih awal. Kemudian diulangi 6-24 bulan sampai tinggi tanaman pokok melampaui tinggi gulma. Jika pemupukan diperlukan untuk meningkatkan riap volume maka pemupukan berikutnya menjelang penjarangan pertama ( saat tajuk bersinggungan ). Pohon yang dipupuk terpilih untuk ditinggalkan sesudah penjarangan. Kemudian pemupukan berikutnya menjelang penjarangan kedua dan seterusnya sampai batas 5 tahun sebelum penebangan.

1.2              tujuan dan manfaat
            Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati dan mempelajari pengelolaan persemaian, mengamati kegiatan oprasional di persemaian serta mempelajari proses pembibitansuatu jenis tanaman.
            Manfaat dari praktikum ini mengenai persemaian/pembibitan adalah untuk mengetahui cara-cara pembibitan/persemaian yang baik sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber pengetahuan untuk pembudidayaan para rimbawan.







II       TINJAUAN PUSTAKA
            Salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah unsur hara. Jenis-jenis tanaman yang mempengaruhi sifat cepat tumbuh akan membutuhkan banyak unsur hara dan median yang baik. Johar (Senna seamea) termasuk salah satu jenis tanaman yang memiliki sifat cepat tumbuh. Salah satu cara untuk menamba unsur hara adalah dengan menamba pupuk NPK. Selain itu, media yang digunakan diharapkan dapat menunjang pertumbuhan semai (Rismunandar, 1983).
            Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karenah tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernafas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisma. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak. Dari segi klimatologi, tenah memegang peran penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi. Komposisi tanah juga berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian utama dari tanah. (wikipedia, 2009).


            Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan harus disesuaikan dengan jenis tanaman yang ingin di tanam. Menentukan media tanam yang tepat dan standar untuk jenis tanaman yang berbeda habitat asalnya merupakan hal yang sulit. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan kecepatan angin yang berbeda. Secara umum media tanah harus dapat menjaga kelembapan daerah serkitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (kanisius, 1975).
            Jenis media tanah yang digunakan pada setiap daerah tidak selalu sama. Di Asia Tenggara, misalnya sejak tahun 1940 menggunakan media tanam berupa pecahan batu bata, arang, sabut kelapa, kulit kelapa, atau batang pakis. Bahan-bahan tersebut juga tidak hanya digunakan secara tunggal, tetapi bisa dikombinasikan antara bahan satu dengan lainnya. Misalnya, pakis dan arang dicampur dengan perbandingan tertentu hingga menjadi media tanam baru. Pakis juga bisa dicampur dengan pecahan batu bara. Untuk mendapatkan media tanam yang baik dan sesuai dengan jenis tanaman yang akan ditanam, seseorang harus memiliki pemahaman  mengenai karakteristik media tanam yang mungkin berbeda-beda dari setiap jenisnya (Kanisius, 1975).
            Pembibitan tanaman hutan diperlukan untuk kegiatan penanaman. Penerapan teknik pembibitan yang tepat dan penggunaan materi dangan kualitas genetik yang baik merupakan awal dari pembangunan hutan tanaman yang memiliki kualitas tegakan yang baik dengan produktivitas yang tinggi. (Herawan, 2003).
            Pemupukan adalah tindakan memberikan tambahan unsur-unsur hara pada komplek tanah, baik langsung maupun taklangsung dapat menyumbangkan bahan makanan pada tanaman. Pemupukan tanaman hutan bertujuan untuk memperbaiki tingkat kesuburan tanah agar tanaman mendapatkan nutrisi yang cukup untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pertumbuhan tanaman. (Kanisius, 1975).
            Penyiangan tanaman pengganggu (gulma) adalah kegiata pengendalian  gulma untuk mengurangi jumlah populasi gulma agar populasinya berada dibawah ambang ekonomi atau ekologi. Dengan demikian saingan gulma berkenaan dengan cahaya, kelembaban tanah dan nutrisi pada tanaman pokok dapat diperkecil. Dalam pelaksanaannya diprioritaskangulma yang sangat merugikan seperti alang-alang, rumput-rumputan, liana dan tumbuhan lain. Penyiangan tanaman pengganggu (gulma) bertujuan memberikan ruangtumbuh pada tanaman pokok yang lebih baik dalam upaya meningkatkan pertumbuhan dan persen jadi tanaman. (Anonim. 2004).






III     METODE PRAKTEK
3.1       Waktu dan tempat
            Pengamatan persemaian tanaman kehutanan ini dilakukan pada hari kamis, 27 November 2014. Bertempat di persemaian permanen Universitas tadulako. Palu
3.2       bahan dan alat
Ø  Bahan yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:
1.      Bibit yang ada dilokasi persemaian

Ø  Alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah:
1.      Alat tulis menulis
2.      kamera






IV     HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1       Hasil
4.1.1 bedengan tabur
Bedengan mahoni

Bedengan termbesi


Bedengan termbesi







4.1.2 Tabel hasil pengamatan dan wawancara.
NO
JENIS TANAMAN
ASAL BENIH
PERLAKUAN BENIH
1
JATI SUPER
GENERATIVE
Air panas dan dingin
2
KEMIRI
GENERATIVE
Air panas dan dingin
3
TERMBESI
GENERATIVE
Air panas dan dingin
4
DURIAN
GENERATIVE
Air panas dan dingin
5
NANGKA
GENERATIVE
Air panas dan dingin
6
RAMBUTAN
GENERATIVE
Air panas dan dingin
7
PALAPI
GENERATIVE
Air panas dan dingin
8
NANTU
GENERATIVE
Air panas dan dingin
12
EBONI
GENERATUVE
Air panas dan dingin

4.2       pembahasan
4.2.1. hasil pengamatan
            Hasil wawancara perlakuan benih disemaikan , sebaiknya dilakukan tretment guna membangun percekembahan benih tersebut, yaitu : benih direndam dalam air panas mendidih ( 80 C ) selama 15-30 menit. Setelah itu, benih direndam kembali dalam air dingin sekitar 24 jam, lalu ditiriskan. Untuk selanjutnya benih siap untuk disemaikan.
            Teknik pelaksanaan, persemai dibuat dari bahan kayu dengan atap jaringan dengan ukuran bak tabur 5 x 1 m ukuran tinggi naungan depan 75 cm belakang 50 cm. Kemudian bedeng tabur di isi dengan media tabur setebal 10 cm , usahakan agar media tabur ini bebas dari kotoran/sampah untuk menghindari timbulnya penyakit pada kecambah. Penaburan benih pada media tabur dilakukan setelah benih mendapat perlakuan guna mempercepat proses berkecambah dan  memperoleh proses berkecambah yang dimaksimal. Penaburaan dilakukan pada waktu pagi hari atau sore  hari untuk menghindari terjadinya penguaan yang berlebihan. Penaburan ini ditempatkan pada larikan yang sudah dibuat sebelumnya, ukuran larikan tabur ini berjara 5 cm antar larikan dengan kedalaman kira –kira 2,0 cm. Usahakan banih tidak saling tumpang tindih agar pertumbuhan kecembah tidak bertumpuk. Setelah kecambah tidak bertumpuk. Setelah berkecambahan berumur 7-10 hari maka kecambah siap untuk dilakukan penyapihan.
            Waktu perkecembahan berbeda beda tergantung dengan bibit tanaman tersebut ada yang 2 minggu setelah persemaian dan ada pula satu bulan setelah persemaian contohnya tanaman jati, mahoni, dan palapi.
4.2.2. perlakuan penyapihan
            Hasil wawncara dari pengamataan media sepih, adalah tanah yang di isi dalam polybag yang kemudan ditempatkan dalam bedeng sepih menurut jenis tanamannya.ukuran  polybag yang kemudian ditempatkan dalam bedeng bedeng sapih menurut jenis tanamannya. Ukuran ploybag yang di gunakan adaah 10 x 12, jumlah polybag dalam setiap bedeng yaitu, antara 1000-3000 polybag.
            Penyiram dilakukan 1 kali sehari, pada sore hari, pemupukan dilakukan sekali sebulan sebanyak 2 sloki, dengan menggunakan pupuk UREA gandasil B dan seprin. Penyiangan gulma dilakukan tak menentu, hanya jika gulma mulai tumbuh maka dilakukan penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit pada bibit dilakuakan dengan hama kimia zat pengatur tumbuh tanaman.
            Menurut hasil wawancara, setiap tanah memiliki waktu berbeda-beda sebelum siap dipindahkan dari media sapih untuk siap ditanam, waktu yang dibutuhkan  antaralain2,3,4-6 bulan sebelum siap untuk dipindahkan dan siap tanam.
V       PENUTUP
5.1       Kesimpulan
            Kegiatan persemaian dilakukan dengan maksud untuk memperoleh prosentase kecambah yang sehat. Penyiangan tanaman berguna untuk pengendalian gulma yang bertujuan untuk mengurangi jumlah gulma sehingga populasinya berada di bawah ambang ekologis. Pemupukan merupakan kegiatan penambahan unsur hara pada media tumbuh tanaman untuk menyeimbangkan unsur hara yang diperlukan terhadap pertumbuhan tanaman.
5.2     Saran
            Sebaiknya untuk kelanjutan praktikum ini kedepannya diharapkan agar menyediakan tempat dan fasilitas praktikum yang lebih baik dan berkualitas, sehingga para praktikan bisa lebih baik dalam hal pelaksanaan praktikum serta dapat mengambil data secara teliti dan akurat.





DAFTAR PUSTAKA
Anonim http://faktasekitarkita.blogspot.com/2012/04/kayu-mahoni.html tanggal akses 2 Desember 2014 pukul 14:00
Anonim  http://www.m-azka.com/2012/01/seputar-info-mengenai-pohonsengoni.html tanggal akses 2 Desember 2014 pukul 14:00
Anonim  http://investasi-sengon.blogspot.com tanggal akses 2 Desember 2014  pukul 15:00
Anonim  https://sites.google.com/site/ilmukehutanan/mata-kuliah/silvikultur tanggal akses 2 Desember 2014 pukul 15:00
Anonim http://mahoni.wordpress.com Tanggal akses 2 Desember 2014 pukul 15:00
pagibey.blogspot.com/2010/07/budidayasengon/
Yasman, I, Manual Persemaian Dipterocarpaceae, Tropenbos International,     Jakarta: 2002
http://www.silvikultur.com/pengertian_persemaian.html
Kanisius, 1975. Bertanam pohon buah-buahan II. AKK, Yogyakarta.
Anonim. 2004. Tanah dan pertanian.  AKK, Yokyakarta.
Herawan, 2003. Tentang tenah di indonesia. Erlangga, Jakarta. 
Rismunandar. 1983. Pengetahuan dasar tentang pemupukan. Sinar baru, Bandung.
htt://id.wikipedia.org/wiki/tanah. Selasa,10-11-2011. 19.00 wib.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar